CARA MENGHITUNG DZIKIR TASBIH, TAHMID DAN TAKBIR
Ditulis oleh Abi Naila Latifah Khalid
Mengenai bacaan tasbih (Subhanallah), tahmid
(Alhamdulillah), dan takbir (Allahu Akbar), yang dibaca
masing-masing 33 kali setelah shalat wajib, dalilnya ialah hadits.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللهَ
فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ
وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ
تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ
خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. [رواه مسلم وأحمد].
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dari
Rasulullah saw beliau bersabda: Barangsiapa bertasbih 33 kali pada setiap
selesai mengerjakan shalat, bertahmid 33 kali dan bertakbir 33 kali; itu semua
berjumlah 99 kali, kemudian sabda Rasulullah saw: Untuk sempurna menjadi
seratus (bacalah): ‘Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah lahul-mulku
wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir’, maka dosanya diampuni
oleh Tuhan meskipun sebanyak buih di laut.” [HR. Muslim dan Ahmad].
Hadits di atas hanya menganjurkan agar kaum muslimin
membaca tasbih, tahmid, dan takbir setiap selesai shalat
masing-masing 33 kali, sehingga berjumlah 99 kali dan disempurnakan 100 kali
dengan membaca “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah lahul-mulku wa
lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir”. Tidak diterangkan
bagaimana cara menghitung jumlah apa yang dibaca itu. Dari hal ini dipahami
bahwa Rasulullah saw menyerahkan cara-caranya kepada kaum muslimin untuk
memilih cara yang baik menurut mereka, sehingga dapat menambah kekhusyukan
mereka. Sebahagian kaum muslimin meniru cara menghitung yang dilakukan oleh
umat Hindu, umat Budha, dan umat Nashrani, yaitu dengan menggunakan rosario
yang oleh sebahagian kaum muslimin disebut ‘tasbih’. Cara ini tidak dilarang
oleh agama Islam. Namun sebagian kaum muslimin ingin menunjukkan kepribadian (identitas
diri) mereka dengan menggunakan jari-jari tangan untuk menghitungnya. Mereka
beralasan dengan perintah Rasulullah saw
agar kaum muslimin menampakkan identitas diri mereka sebagai seorang
muslim, tidak ikut-ikutan dan tidak meniru-niru yang dilakukan umat lain,
sebagaimana dipahami dari sabda beliau:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبِغُونَ فَخَالِفُوهُمْ. [رواه البخاري ومسلم].
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Nabi
saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir
rambut mereka, maka bedakanlah dirimu dengan mereka (dengan menyemir rambutmu).”
[HR. al-Bukhari dan Muslim].
Dalam menggunakan jari-jari tangan untuk menghitung bacaan
tasbih, tahmid, takbir dan bacaan dzikir yang lain sesuai dengan yang diajarkan
Rasulullah saw, maka sebahagian kaum muslimin lebih menggunakan jari-jari
tangan kanan dibanding dengan menggunakan jari-jari tangan kiri. Mereka
beralasan dengan anjuran Rasulullah saw:
عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ
التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ.
[رواه البخاري].
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah ia berkata: Adalah
Nabi saw suka mendahulukan yang kanan ketika mengenakan sandal, ketika menyisir
rambut, ketika bersuci, dan pada semua keadaan.” [HR. al-Bukhari].
Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan
Pusat Muhammadiyah menyetujui pendapat terakhir ini, yaitu menganjurkan agar
menggunakan yang kanan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diridlai Allah
Swt, termasuk menghitung bacaan dzikir seperti yang diterangkan di atas.
Perlu kami tambahkan bahwa dalam surat Yasin ayat 65
disebutkan:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ
عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ. [يس (36): 65].
Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” [QS. Yaasiin (36): 65]. *km)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar